Aku mencari seberkas cahaya
Kulepaskan semua rasa dalam jiwa
Hanya untuk cinta…
Hanya satu cahaya yang bisa memikatku…
Sebuah bulatan besar yang bersinar terang,
Penuh harapan
Penuh kehangatan
Sebenarnya aku tahu,
Tak hanya engkau yang mampu bersinar di dunia ini
Begitu banyak bulatan lain yang dapat bersinar
Namun, hanya kilauan sinarmu dan senyuman manismu-lah yang yang bisa menumbuhkan semangatku
Dan hanya engkaulah yang mampu menghanyutkan kehidupanku
Menuju muara keindahan
Kaulah mentariku…
Mentari yang mampu bersinar terang
Yang bisa menuntunku keluar dari gua kegelapan
Menarikku dari jurang kenistaan…
Walau aku tahu…
Juga kupahami…
Engkau tak hanya menyinariku
Namun,
Kilauan sinarmu kan kusimpan
Kan kujaga kemurniannya…
Sampai dua batu nisan kan menemani…..
Tidurku yang panjang…
“10082008” 10:25
koSan gEban9
Rabu, 02 Desember 2009
Cahaya-Q
“ ada benak, lalu kelam . . . “
Tengah hari kemarin
Buruk semua bayang
Saat mata terpejam
Lalu, buyar . . .
Ada mentari dilahap purnama
Byar . . . pet . . .
Byar . . . pet . . .
Terlambat waktu
Ada benak, lalu kelam
Di kampus, aku jalan sendirian
Gelap . . .
Hanya lampu sepeda membakar jalanan
Inginku tendang daun pohonan
Lalu terlempar ke bawahnya
Tapi urung tak ada dusta
Kelam langkah, lagi di kampus
Ada tas dan rokok menari telanjang
Bayang terus kini ada
Lagi, inginku tendang kayu pohonan
Dan terlempar ke dalamnya
Malam tambah merasuk
Di sekret, dengar canda
Getah ketapang menetes, sayup dihantam gelap
Ini langkah sepi sudah
Kelam benak jadi semati rindu
Tubuh yang lalu, buruk jadi mimpi
Tubuh persaudaraan jadi selapuk kayu
Lunglai aku, selunglainya . . .
Penyakit lama mulai lagi
Kumat, sampai puncak . . .
Kelam benak semati kayu . . .
301109 – 021209
Senin, 30 November 2009
kembali dulu
Tetap semua kembali dulu
Lalu . . .
Tumpah sudah air gelasnya
Basah . . .
Kian hari kian menjadi
Tak layak dia ingin kembali
Meringis pergi batu kali-nya
Kau . . .
Kayu ditusuk tembus matanya
Melongok jauh, sejengkal saja
Anyir, bau tubuhmu
Asin, rasa bajumu . . .
“ Kaum Pembodoh Zaman “
Kaum pembodoh zaman
Kerjanya memberi masukan
Cuma mengkritik dan memberi saran
Kawan atau lawan dianggap bawahan
Kaum pembodoh zaman
Suka merantau ke negeri orang
Mencari popularitas lebih gampang
Dengan memberi kritikan dan saran
Kaum pembodoh zaman
Di negeri sendiri sendiri tak mau turun tangan
Menyuguhkan dogma-dogma jahiliyah 90-an
Tak ada lagi persahabatan atau persaudaran
Kaum pembodoh zaman
Tertawa diatas kaum yang terbuang
Memaksa kaum terbuang kerja keras dengan ide yang terpampang
Sampai hidup mereka seperti gelandangan
Kaum pembodoh zaman
Besar mulutmu layaknya nisan
Lebih baik kau mati ditelan batu pohonan
Agar negeri ini kembali benar
Kami kaum terbuang
Kerja keras sampai jadi gelandangan
Tak mau lagi jadi bawahan
Dari kau, kaum pembodoh zaman
Dan kami . . .
Bukan kaum pembodoh zaman
cOot’zZ
221109 04:22
Kamis, 05 November 2009
“ maafkan aku, Luna … “
Tetes hujan kian nampak stomatanya
semilir kurasa makin nyata
bebatang, reranting, dedaunan
tersenyum manja
sehabis basah, ditingkap cahaya
….. Luna
Oh, Luna …
kau nampak cantik hari ini
rautmu bundar, nguning …
Kudengar riuh pedagang jalanan
hiruk-pikuk kendaraan
hanya terpampang rautmu telanjang
dibalik senyum terlihat keadaan
Luna …
kali pertama kusebut lain namamu
tubuhku mematung mengenal dirimu
kau rayu aku, selalu
tapi, …..
Maaf Luna …
kau, korban inspirasiku
seutuhnya-semalaman
cOot’zZ
0501109 21:24
“ hati dan nadi “
Ini sepi terngiang sungguh
Tersesat alur remajaku
Hati dan nadi seakan mati
Kini jalani hidup yang pribadi
Semakin tertinggal dalam peraduannya
Sedetik pun tak menjawab partanyaanku
Mendadak terusir dari peradaban
Kembang ketapang menjalar panjang
Merasuk jatuh ke awang-awang
Hingga peluh perih terabaikan
Ini sunyi diseret malam
Semakin merasuk aku yang terdiam
Teringat hati dan nadi
Mencuat dari raga bersamaan
Berhamburan, entah kemana . . .
Ini malam tambah merasuk
Merajam setiap apa yang terbayang
Seakan dadaku terhenti mengembang
cOot’zZ
Senin, 02 November 2009
“ nadi “
Kulihat terang jadi menghujam
Kini siang mulai berawan
Matanya menantang mataku
Lalu, nangis . . .
Dan kini ada lagi
Nadi yang dulu mati suri
Dispersi tangisnya
Mencium nadi, satu kali
Tuk kesekian kali, terasa fitri . . .
Ada sesosok pribadi
Bertutup dada bertutup kepala
Dari kejauhan berlari
Kembali . . .
Menantang ragaku
Terasa bumi ada lagi
Kubuka mata, kupijakkan langkah
Masih disini . . .
by : cOot’zZ
Jumat, 23 Oktober 2009
“ ck . . kc . . ck . . kc . . “
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . .ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . .ck . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . .ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . . ck . .
ck . . ck . . ck . . ck . .ck . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
kc . . kc . . kc . . kc . . kc . .
“ kisah perjalanan “
Andai mataku bisa kutukar dengan mulutmu
Akan kubaca sajakmu
Dalam hati tanpa melihatnya
Bertulis semua tentang kehidupanmu
Ini hidup terlalu sepi
Aku ingin kembali ke jalanan
Melihat setiap dinamika kehidupan
Merasakan setiap perbedaan perjalanan
Berbenah dalam retakan perjalanan
Kupandang langit dengan mata telanjang
Berharap malam berkabar terang
Seakan tak ada nafas yang terkembang
Ini bukan hidup seorang pribadi
Hanya memandang animo masyarakat sekitar
Karena aku tak mau bertingkah
Terlalu lama bersandiwara dalam naskah orang lain
Aku . . . tak mau
" pekan pagi "
Cok…cok…cok…
Juancoooook…
Ini pekan sulit dihubungi
Penaku macet pagi-pagi
Ini pekan ingin kumaki-maki
Cok…cok...cok…
Juancoooook…
Jumat, 02 Oktober 2009
“ tubuH ti9a buLan yan9 lalu “
Kulihat pagi kini jadi malam
sehari malam terkapar
ditingkap suasana kamar
Disini, hanya ada aku
berdebat dengan pena tentang wanitaku
setelah cermin kamar melototiku
mengingatkanku alur tiga bulan yang lalu
Kubuka lagi jurnal hari-hariku dengan dia
saat aku terlena bersama tubuh tiga bulan yang lalu
ketika cinta benar-benar berkata
tiga bulan yang lalu, memang benar adanya
Tiga bulan yang lalu
terakhir ku bersamamu
saat ku cium bibirmu
saat terakhir ku kecup keningmu
malam di pinggir sawah antirogo
Sudahlah!!!
sekarang sudah ganjil setahun lampau
digerogoti sembilan bulan dengan tubuh yang lalu
kini akhirnya jadi tubuh tiga bulan yang lalu
Biar borok hidup di kulitku
biar malam menghujam tubuhku
kelam lalu melumuri nadiku
aku ingin hidup bersama tubuh tiga bulan yang lalu
190909 10:30
Sekret
- cOot’zZ -
“ kebahagiaan “
Hanyalah kata yang menyingkap dunia
Tak terasa hari mulai berjalan
Dibalik alur tercipta kehidupan
Yang kemudian terukir jauh dipandang
Aku tak tahu-menahu kebahagiaan
Segala macam antah-berantah kehidupan
Segala arti remeh-temeh persaudaraan
Aku. . . tak tahu
Sebuah kata yang kini mulai membahana
Disana ada yang hilang
Persaudaraan, persahabatan, dan cinta
Kini hanyalah sebuah artikel membudaya
Kebahagiaan . . .
Apalah itu . . .
Sebuah paham pendahuluan kesengsaraan
Aku . . . tak tahu
Kebahagiaan, oh kebahagiaan
Kau bersahaja dimana-mana
Kepada siapa saja
Tapi tidak dengan aku . . .
Aku tetaplah yang dulu
Ingin tetap hidup bersama tubuh tiga bulan yang lalu
Karena masa lampauku adalah
Luka yang dibalut bahagia
“ taKbir “
Kulantunkan sajak-sajakMu
Sajak akan diriMu
Bertuliskan semua keindahan
Dibalik silhuette kebahagiaan
Teruslah katakan !!!
Takbir . . .
Kau milikku, malam ini
Sabtu, 05 September 2009
“ rAmadhaN “
Gaung, menggaung . . .
Gema, menggema . . .
Sahut-sahutan kau meminta . . .
“ perbEdaaN “
Aku . . .
Hanya ingin perbedaan
Yang kelak pasti akan disamakan . . .
Bukan persamaan
Yang kelak akan dibedakan . . .
- cOot’zZ -
“ muKa daLam kacA “
Muka dalam kaca
Nampak tersenyum manja
Wajahnya berbunga-bunga
Namun matanya penuh rahasia
Muka dalam kaca
Kini tersenyum manja
Dengan foto ditangan kanannya
Muka dalam kaca
Masih tersenyum manja
Dibuat edan oleh wanitanya
Yang nian cantik jelita
Muka dalam kaca
Terus saja tersenyum manja
Tambah edan hilang wanitanya
Mulutnya sampai menganga
Muka dalam kaca
Kini tersenyum gila
Tak lagi berbuna-bunga
Yang masih edan pada wanitanya
Muka dalam kaca
Masih tersenyum gila
Ini muka penuh luka
Ini muka penuh tanda tanya
Ini muka nampak rata
Muka dalam kaca
Milik siapa sebenarnya ???
“ Lelaki tUa “
Lelaki tua . . .
Tak kuasa sungguh ku melihatmu
Duduk bersimpuh rasa diatas roda tiga
Luka, duka, bahagia
Kau pukul rata semua
Pengeras suara ditangan kiri
Tangan kanan terus menganga
Lelaki tua . . .
Berkacamata
Menanti hidup di pinggir jalan
Berdendang diatas roda tiga
Lelaki tua, oh... lelaki tua
Malang nian kau rasa
Luka, duka, bahagia kau pukul rata semua
Melihat duniapun kau tak bisa . . .
Lelaki tua . . .
Tanganmu meraba-raba
Setiap tangan berbahagia
“ Doa “
Bismillahirrahmanirrahim . . .
Ya Allah, ya Tuhanku
Pencipta atas hal segala apa
Pemilik atas segala Maha
Aku bertanya . . .
Apakah buku ini harus
Hidup oleh pena ini ???
Apakah puisi ini harus
Meletup oleh pena ini ???
Jika iya . . .
Hidupkanlah buku ini
Suburkanlah puisi ini
Dan jika tidak . . .
Mampus !!! aku bingung tak perduli
Hapuslah puisi ini
Tak perduli cerita berlalu sepi
Aku bertanya . . .
Jawablah !!!
Ya Allah, ya Tuhanku
Pencipta atas hal segala apa
Pemilik atas segala Maha
Berikanlah pendangan pada mataku . . .
Amien . . .
Alhamdulillahirabbil Alamin . . .
Jumat, 04 September 2009
“ seLingkuH “
Kala mentari mencekik
Begundal-begundal kecil memekik
Kegirangan, mengitari tubuhku
Dan kemudian . . .
Api menyulut, terus
Tak bosan-bosan
Kali ini mereka datang
Berkomplotan
Mengitari, mengelilingi tubuhku
Tak kuasa ku rasa . . .
Terperangkap dalam pertarungan nafsu
Kali ini aku kalah
Kalah !!! aku . . .
Wahai Penciptaku . . .
Maaf, maafkan aku
Selingkuh dari pandangmu
Seharian . . .
Minggu, 23 Agustus 2009
“ tumbaL “
Biar kau lihat bumi dan langit bersetubuh
Menjadi saksi atas semua dunia tertuduh
Dalam kelamnya semua sana-sini
Dipaksakan dalam dogma-dogma tempo dulu
Mempersunting setiap pernyataan dengan wajah tertunduk malu
Aku tak mau terus-terusan terjajah
Menjadi tumbal setiap ritual peng-iya-an sejarah
Hapuskan!!! setiap peradaban saat ini
Lihatlah!!!
Jutaan kaum tertunduk malu
Tak kuat tuk tengadah
Hidup begitu lesu
Menjadi saksi dalam permainan tubuh
“ aku “
Biar disini aku sendiri . . .
Biar malam menghujam tubuhku
Kelam lalu melumuri nadi
Akulah tumbal segala peradaban . . .
Tumbal ranah – ranah kehidupan . . .
Berperang dalam pertarungan tanya . . .
Biar malam menghujam tubuhku
Kelam lalu melumuri nadiku
Tulang – belulang menyayat kulitku
Sampai batu nisan menindih perutku
Senin, 17 Agustus 2009
“ si merak tersenyum sepi “
Aku dengar pagi tadi
Si merak tak lagi berbunyi
Melupakan remeh-temmeh duniawi
Tanpa lagi perasaan ngeri
Katakan kawan !!!
Katakan !!!
Terbanglah tinggi
Menjulang bak perawan lagi
Lawanlah lagi system birokrasi
Di depan pemerintahan tai
Mampuslah! Budaya korupsi
Akankah kau berkata ?
Ataukah kau kan berbahagia ?
Bertuhankan swasta
Terus saja diinjak tahta
Katakan kawan !!!
Katakan !!!
Kau tak hanya menulis puisi
Tapi juga melawan birokrasi
Karena hidup bukanlah mimpi
Bukan pula ilusi
Karena hidup tak harus seperti ini
Katakan kawan !!!
Katakan !!!
Selamat jalan rendra
Si merak tanpa bendera
070809 20:00
Sabtu, 01 Agustus 2009
“ tak La9i “
Ketika tema melahirkan makna
Ketika kata menumbuhkan rasa
Dan ketika rima tak lagi bersama
Melihat indra memperkosa bahasa
Jika puisi tak lagi butuh diksi
Dunia tak lagi mampu memberi
Dan jika kata tak lagi mengungkap misteri
Dibalik tirani membual materi
Apalah arti semua ini ?
Tersingkap dalam semua materi
Bersembunyi dibalik mentari duniawi
Dengan segala keraguan yang membatasi
Kau ingin tahu ? katakan
Dan teruslah katakan !
Dan aku takkan lagi
Bersembunyi dibalik semua mimpi
Kata-kata puisi ini lagi . . .
Sekret
300709 00:31
Selasa, 28 Juli 2009
_ jiwA daLam deKaka _
Kami seniman-seniman muda
Kami seniman tak bertahta
Kami seniman-seniman bersaudara
Kawat trek itu tulang kami
Otot kami berkabel energi
Mata kami secerah lampu par
Tidur kami berselimutkan geber panjang
Energi kami terkumpul dalam dimmer
Nyawa kami sepanjang proses seni
Kreatifitas kami sebesar pentas kini
Suara kami bak gitar berbunyi
Ada tari, rupa, musik, teater, juga puisi
Kemana kau pergi . . .
Jiwa-jiwa seni yang mulai menyepi
Kemana persaudaraanmu lagi . . .
Jiwa-jiwa seni yang kini menyendiri
Kini aku sendiri
Menjadi tumbal dalam pertarungan sunyi
Tetap kibarkan benderamu
Benderaku, bendera kita semua . . .
Dewan Kesenian Kampus
Ayo lantunkan mars-mu
Mars-ku, mars-kita semua . . .
Dewan Kesenian Kampus
Kemana kau pergi . . .
Jiwa-jiwa seni yang mulai menyepi
Kemana persaudaraanmu lagi . . .
Jiwa-jiwa seni yang kini menyendiri
Katakan dengan lantang . . .
Lantunkan tanpa bimbang . . .
Dan teriakkan dengan lantang . . .
“ bagaimanapun juga kau adalah saudara kami “
Sekret
230709 00:42
Tak dpat lagi ku brkata,wez ruwet,uripku ancur,dekaka juga,yang lahir dari dalam mars
“ san9 deWi “
Gerhana matahari yang tak
Sempat kusapa pagi tadi ,
Dia –sang dewi malam- memburamkan lelangit ,
Melumat sadis namun begitu manis
Dispersi warnanya, buyar . . .
Aku yakin dia membiusku
Sampai mataku terlambat membukanya
Meninggalkan. Suram yang kau
Tebarkan. Ilalang yang kian
Mengambang. Seharian
Apa bosan kau begadang ,
Bermalam-malam ?
Aku tak tahu lagi
Tak mengapa kau kembali
Hari 37 kau pergi
Melilitkan. Tak tahu lagi
Apa yang kan ku tulis ini
Setelah penaku mati
Ray0n ek0nomi
220709 16:30
Ma masku, g ngrti wez, swuempuak
“ Cukup Sudah “
Pagi yang indah
Dedaunan nan hijau
Membiaskan dispersi mentari padaku . . .
Namun sekarang
Mentari sudah mulai menghilangkan
Bayangan tubuhku, tepat diatasku
Sayup-sayup terdengar
Nyanyian adzan berkumandang ,
Menggelegar . . .
Bukan . . .
Hanya bukan itu . . .
Surau-surau dan masjid-masjid
Terus saja melagukan syair nan indah
Namun orang-orang di sekitar juga
Terus saja melantunkan lagu . . .
Bukan adzan . . .
Namun sama . . . menggelegar
Tak tahu aku diriku dulu
Terbayang dogma-dogma
Jahiliyah tempo dulu
Tak tahu aku berbuat apa
Juga tak tahu kemana aku . . .
Cukup sudah . . .
Cukup sudah permainan hidupku
Mereka menantiku
Keluarga tercinta
Sekret dekaka jua
Gedung-gedung sastra tua
Dan alam raya
Tunggu . . .
Akan kuselami semua kehidupan
kehidupanMu
kehidupanmu
kehidupanku
juga kehidupan kalian . . .
sekret
200709 11:49
Ancrit,uripku ajor kbeh,kuliahku psan,brusan dksih petuah ma masku
Selasa, 14 Juli 2009
_ tErbungkam sEpi _
Indahnya rembulan
Tak kurasa terpana
Dalam alur terukir fatamorgana
Kehidupan masa lampau
Silhuette tak pernah berkata . . .
Tak pernah berpijak . . .
Aku diperkosa “dia”
Seutuhnya semalaman
Mata membelalak
Mulutmu menyeringai . . .
Kausapa dunia
Kuikuti, kuturuti . . .
Sadarlah kawan . . .
Dunia telah mati
Mengiringi sirine kecil
Hari-hariku yang sunyi . . .
080709 00 : 09
Kan9ennyA aQ mA cOot’zZ
_ kubaca _
Hipotermia stadium menengah
Memahat dunia bagian bawah
Menyentuh ranah bersejarah
Menyingkap bidadari tak terjamah
Linglung aku dibuatnya
Larut diriku dalam peluknya
Mati suri di alam peraduannya
Menyunting dalam pertarungan tanya
Aku tak tahu hal antah-berantah ini
Segala macam remeh-temeh duniawi
Bercermin aku pada-Nya
Tetap tak berdaya . . .
Kubaca alam semesta
Masih tak terduga . . .
Akhirnya,
Kubaca saja syair hidupnya . . .
Sekret
120709 02 : 43
Tambah kangen ma cOot’zZ, jiwaku goyah menjalani hidup ini
_ bin9unG _
Ingat kawan . . .
Ada hidup yang perlu dihidupi
Ada hidup yang harus dijalani
Tak jua harus seperti ini
Kenapa harus begini
Dan kenapa harus seperti ini
Semua tentangku
Tak pernah ada lagu
Juga aturan tak laku . . .
Semua buruk
Semua sesal
Tak ada bahagia
Tak ada senyuman
Aku muak . . .
Aku benci . . .
Aku kangen . . .
Sekret
090709 13 : 41
swuEmpuaK . . .
_ beLum jiwaKu _
Pembiasan benda langit
Membawa fatamorgana
Sahara malamku . . .
Lelangit berpendar
Bagai oase tak beriak
Menghapus jejak dalam sunyi . . .
Tersesat aku
Sungguh sangat tersesat
Saharamu menelanku
Tenggelam dalam indahnya nil
Membaur jua bak mutiara
Tak ada lagi demokrasi
Menghipnotis tanpa arti
Gubuk penceng tak lagi berkata
Mengitari bak sabuk orion
Membaur . . . ngelantur
Edan aku
Dibuatmu edan aku
Tertawa di depan cermin
Sampai menganga . . .
Berbahagia dalam kebekuan hati ini
Bertahta atas suram yang terjadi
Edan aku
Sungguh edan aku . . .
Ya . . .
Aku edan cOot’zZ
Edan ragaku
Tapi belum jiwaku . . .
Tunggulah . . .
( Lumajang )
090709 00 : 35
Aku kangen ma cOot’zZ, sampai edan ragaku tapi belum jiwaku
_ maLas _
Di atas tegapnya alam raya
di bawah naungan kasih-Mu
dan di depan bendera
Dewan Kesenian Kampus . . .
Aku adalah aku
Hidupku adalah matiku
Kutulis puisiku dalam hidupku
kehidupan fanaku . . .
tapi . . .
sekarang aku malas dengan semua ini
juga malas
menulis puisi ini . . .
040709 17 : 32
sesaL tang9aL 150609, putus mA cOot’zZ
_ iLusi _
Ketika mata tak lagi
terbuka . . .
Ketika mulut tak lagi
bertanya . . .
dan ketika kata tak lagi
mengungkap rahasia . . .
Semua nyata hanyalah ilusi
tertulis oleh tinta fana
alam raya . . . menjadi ilusi
060709 14 : 15
sEmua bayan9-mEmbayang tapi tak nyaTa, mEnjadi ilusi
sEmua ilang, len9kap sudaH . . .
s0hibQ (dina) ju9a cintaQ (cOot’zZ), iLang . . .
Jumat, 19 Juni 2009
“ deru pilu “
Selama ini yang tak kumengerti
Apa dan kenapa
Serta mengapa
Ini semua bisa membumi
Melucuti semua yang ada
Menguliti raga semua jiwa
Tak seperti lagi, dulu
Semua perih menderu pilu
Kesal aku, sekesalnya
Dirasuki angin beku
Di kursi kayu
Dengan wajah membiru
Apa kau kira
Ini aku
Adalah “ perbedaan “
Sajak kehidupan terindahku
Yang menjadi tinta
Persaudaraan . . .
Okik
170609 14:03
( sindrom stress, jancok…)
“ sajak-sajakku “
Sepi jiwa melanda pergi
sudut hati yang terjepit
mulai membengkak
Hasratpun ingin kulontarkan
menuju bintik-bintik keindahan
Apakah kau membacasajak-sajakku . . . ?
yang kutulis dengan tinta
silhuette-Mu
okik
170609 14:07
“ antologi hidupku “
Jiwaku yang sendiri
Meski ragaku digumuli
Seonggok nyawa di sisiku
Terbawa alur
Dinginnya pagi ini
Terkenang akan
Sosok lelaki, pahlawan hidupku . . .
Guru atas segala pendidikanku
Dan sajak terindah dari semua
Sajak-sajakku
Adakah yang ganjil dengan hidup ini . . . ?
Kenapa tak ada hari ayah . . . ?
Aku tak begitu mempermasalahkan
Itu semua . . .
Karena aku sendiri diatas bumi ini
Kuukir satu prasasti bahwa
“ hari ini adalah hari ayah “
Lahirnya kembali semangat ayahku
Karena salah satu
Pahlawan hidupku, kau . . .
Guru atas segala apa pendidikanku
Dan sajak terindah
Dari semua sajak-sajakku . . .
Okik
180609 00:00
( mengenang ultah ayahku, met ultah ayahku tersayang…kaulah antologi kehidupanku )
+ ultah dewan kesenian kampus
“ Aku dan Diriku “
Jika dan hanya jika
tak semua hanya berkata . . .
Jika dan jika hanya
hanya semua tak meminta . . .
Merajut lagi, sisa hidup
yang telah sunyi, mulai meredup
hati ini, jiwa berdegup
ini . . .
Akankah kau berkata . . . ?
ataukah engkau kan berbahagia . . . ?
Tolong . . .
Ludahi aku dan diriku
jangan kau ludahi “ teman wanita-ku “
karena ludah yang kau timpalkan
padanya, membaur kepadaku . . .
Sekali tolong lagi . . .
Lucuti saja aku dan diriku
jangan dia . . .
juga bukan mereka . . .
Apakah kau tak tahu . . . ?
Ataukah tak kau mengerti . . . ?
Bahwa Dia telah murka . . .
atas kejahiliyahan yang
kau tanamkan ,
dan atas juga padang ilalang
yang telah kau sebarkan . . .
okik
050609 12 : 43
( ndek skret setelah terlarut dalam masalah yang temanku jalani )
Kamis, 04 Juni 2009
“ silhuette : 20 “
Terdiam tepat diantara
pergantian paruh malam,
tengah malam – dini hari –
Lonte mungil bergeming
dua belas malam, sendirian
kaku pohonan . . .
Tubuhku mematung
tersibak bagai semak
hilang sudah satu
lembaran perjalananku, hidup
Kukirim sendiri suratku
surat akan jalan hidupku
pada – Mu
Tanpa lagi
permainan sunyi
terasa semakin sunyi, sendiri . . .
Berbaur akan diriku kini
Sepi memagut, menyeringai
silhouette kecilku, diam
sejauh mata memandang
terikat pasti
sahara kebimbangan . . .
Wahai Engkau . . .
pencipta atas hal segala apa
pemilik atas segala Maha . . .
“ tampakkanlah sungai Nil keindahan
walau bayang di pelupuk
mata, hanya “
by : okik
00 : 10 030609
( inspirasi tgl 27 Mei, ultahku..ndek kosane mas kucing, ditemani satu nasi bungkus )
Senin, 01 Juni 2009
_perbEdaAn_
Menyisir ini jalan
Dihempas pasir tak berlidah
Yang juga bebatuan tak bernyawa
Seakan terlilit jemari lentik beringinku
Tak kanak aku lagi
Merajut benang suci tak tergulung
Dahulu punya mimpi
Yang tak terbayang mungkin
Tapi kenapa ?
Tak lagi ada
Layaknya hilang pagiku sudah
Terkatung-katung dan terasingkan dari tempat
Yang hanya sementara ini
Akupun harus sampai tertatih
Tuk menapakkan organ jalanku
Tapi tetap dicekal oknum-oknum
Sepermainanku sendiri
Lalu apa bedanya Aku, Tempat Sampah, dan Taek ?
Kepalsuan membudaya
Semakin panasnya iklim kemunafikan
Anjloknya statistika kemanusiaan
Yang muncul dari bibir-bibir
Iblis berkedok manusia
Apa …?
Apa lagi dan kenapa kembali …?
Ya …
Tak ada lagi perbedaan antara
Aku, Tempat Sampah, dan Taek …
Karena itulah hal terindah
Yang kini sampai kumiliki
Dan …
KUNIKMATI …
Si rambut keset
280409 23:44
Sekret DKK
( mengenang kematian chairil anwar sebagai hari sastra )
Kemana kau pergi ?
Ketika ku terdiam sendiri,di sunyi sepi sendiri
Saat kulihat kebahagiaan ada didepan pandanganku
Namun ku tak mampu tuk menggapainya
Kala sang mentari pagi tlah menerpa resah jiwaku
setitik airpun tlah membasahi sedikit imajiku
Akupun tak kuasa tuk menopang semua luruh hatiku
Pagipun mulai menegur semua sepi jiwaku
Akankah semua ini berakhir?
Ataukah semua ini akan terus menghantui semua yang telah merasuki sluruh hidupku?
aku tak tau lagi apa yang harus kujalani
Aku ingin hidupku yang lalu mewarnai sepi jiwaku lagi
ato hanya sekedar menyapaku saja
atopun hanya sekedar melewati luruh hatiku yang telah ternodai oleh rasa yang tak pantas kujalani selama ini
Maafkanlah wahai jiwa terindahku?
maafkan semua tawa dan tangisku yang tlah berlalu,
saat ini,atopun semua lirih hati dan jiwaku yang mungkin akan meracuni semua warna imajimu
created by :
si rambut keset
at Thursday 02:25 a.m.
my firsT p0etry
Jumat, 29 Mei 2009
“ yan9 terTing9aL “
Penguasa malam datang
Komplotannya pun mulai membangkang
Bola mataku melayang
Tubuhku mematung
Sepi…
Tercengang
Satu kali…
Hanya Satu
Walaupun langit memudar
Namun gerak-gerik bayangannya masih terasa hangat
Proses penyinaran yang sempurna
Membaur menjadi satu
Satu yang masih tertinggal
Walau tak kuasa tuk meraih
Walau bisa hanya memandang
Kan selalu kusimpan
Juga kujaga
Karena kuyakin kaulah !
Si pencuri atas hilangnya
Satu tulang rusukku…
By : si rambut keset
_diA per9i dAn mEnghiLan9_
Tersudutku oleh keadaan
Kaki tangan mengikat erat
Tercekik suasana kamar
Petir menyambar
Seketika tubuhku mematung
Tak seorganpun yang gerak
Diam, tercengang...
Suasana hening
Hanya nafas gumpalan putih yang menghujam
Seakan aliran darah lelah tuk mengalir
Sendiri, disini...
Tersayat alur cerita
Kuncupnya yang menyemi
Kini gugur sudah... .. .
_pRasasTi_
Sunyi senyap kerdip lilin
Melambai-lambai bak perawan mungil
Kutemani di depan rumah keduaku
Rumah kedua tercinta ( dewan kesenian kampus )
Terukir sihuette kecil tak terurai
Membatasi ruang sunyiku
Siapa aku …?!
Kemana prasastiku …?!
Lama sudah kuukir
Tak hirau segala apa
Woi …!!!
Butuh aku diriku dulu
Tersesat alur remajaku
Terbuang …
Terasingkan …
Siapa aku …?!
Dimana prasastiku …?!
Aku bukan apa-apa
Juga tidak punya apa-apa
si rambut keset
290409 20:52
( taman DKK )
“ eNtaH “
Entah apa yang akan terjadi di depan mataku ?
Apakah kebahagiaan
Ataukah penderitaan
Entah apa yang akan dipelototi mata lirihku ?
Apakah kejayaan
Ataukah keterpurukan
Kesal aku, sekesalnya
Diam, bingung…
Entah apa yang harus kulakukan
Tak seberkas-pun cahaya yang ada di benak
Yang ada hanyalah beribu – ribu kata…
ENTAH…
By : teKek’zZ
Kamis, 28 Mei 2009
_mEntaRi pa9i_
Jika nanti dia telah pergi
Membaur lagi dengan
mentari pagi
Menuai fatamorgana kehidupan
Di atas rezim-rezim kemunafikan
Dan jika nanti batang rusukku
telah sunyi
Melampaui batas hari-hari sepi
tanpa lagi rasa ngeri
Aku hanyalah buih di lautan
terombang-ambing tak bernyawa
yang hancurnya sampai karatan
Aku tak kan lari
juga tak mampu tuk sembunyi
atau sekedar hanya menanti
dirimu kini …
Mentari pagi …
yang menjauh pergi …
si rambut keset
250209